Rabu, 01 Agustus 2012

Puasa Ramadhan dan Lailatulqodr (malam kemuliaan, malam seibu bulan)

Al Qur'an

Di dalam Al Qur'an Surah yang ke-97 yang terdiri dari 5 ayat dan termasuk dalam surat Makkiyah, Allah SWT menjelaskan tentang turunnya Al Qur'an yang sampai saat ini banyak orang menyebut dengan Nuzulul Qur'an. Bahkan dalam surat tersebut telah di terangkan apa itu Lailatur Qodr (malam kemuliaan).

Memasuki bulan Ramadhan seperti saat ini maka banyak para dai memberikan Tausiyahnya bagimana kita bisa memperoleh malam kemuliaan, bahkan banyak dai yang nukil hadist bahwa malam kemuliaan itu di malam ganjil sepuluh hari terakhir, bahkan ada yang menyampaikan sampai pada malam ganjil tertentu. Apakah demikian ??

Puasa dilihat dari kesehatan (tausiyah dari bapak dr.H.Hasto Wardoyo,S.P.O(K) yang juga Bupati Kulonprogo saat ini) menerangkan bahwa ditinjau dari ilmu kesehatan maka puasa tersebut banyak sekali manfaatnya bagi kesehatan, dari istirahatnya anggota badan kita (lambung) karena puasanya. Apabila kita makan, maka kerja lambung kita akan mengolah (bekerja) selama 8 jam, bisa kita bayangkan bagaimana kerja lambung kita, dengan model pola makan yang sering kita lakukan, pagi sarapan, siang makan, sore/malam juga makan. Jarak antara waktu makan kita tidak sampai 8 jam, sehingga otomatis lambung kita tidak istirahat, berbeda jika kita berpuasa. Belum lagi ditinjau manfaat kesehatan yang lain, bagaimana kadar gula kita turun, kolesterol turun, dan yang lainnya, sehingga tidak mengherankan ketika di awal kita puasa, maka 3 -4 hari kita merasa berat dan capek, tetapi setelah itu di hari yang ke 10 dan selanjutnya, maka akan terasa enak dan nyamannya rasa tubuh kita.


Lalu apa hubungannya dengan malam kemuliaan?
Jika dalam Al Qur'an terjemaah Departemen Agama yang sekarang menjadi Kementerian Agama, di sana sudah jelas apa itu Lailatul Qodr, malam dimana di turunkannya (Al Qur'an) tersebut, sehingga bisa kita ambil kesimpulan yang sederhana bahwa peristiwa Lailatul Qodr itu adalah malam dimana ketika al qur'an itu diturunkan, dan karena sekarang sudah tidak ada lagi Al Qur'an (Ayat) yang turun, maka malam kemuliaan tersebut sudah tidak ada. Apa seperti itu? kalau benar seperti itu, bagaimana dengan banyaknya hadist ataupun dai yang menyampaikan kapan malam kemulian itu??

Terlepas benar atau tidak (karena kebenaran itu hanya milik Allah semata) maka bisa kita "sedikit" melogika, malam kemulian tersebut. Nabi kita pernah menyampaikan dan berpesan kepada kita untuk bisa menjadi orang yang beruntung, yaitu hari ini lebih baik dengan hari kemarin, dan jangan sampai kita masuk menjadi orang yang merugi, yaitu hari ini sama dengan hari kemarin, apalagi kita menjadi orang yang terlaknat, yaitu yang hari ini lebih jelek dari pada hari kemarin. Apabila di awal puasa kita sudah berniat dan berpuasa dengan baik, maka apabila kita termasuk yang beruntung, maka kita bisa "berhitung" bahwa di sepuluh hari terakhir kita diposisi yang "paling baik". Hal ini bisa kita kondisikan jika badan kita (yang secara kesehatan makin lama berpuasa semakin baik) dan prosesi "ritualisme" kita dari awal puasa sampai dengan akhir ramadhan, maka "malam kemulian" tersebut bisa kita raih dan kita rasakan di sepuluh hari terakhir. Apalagi apabila kita memang benar-benar masuk dalam katagori "orang yang beruntung" dimana di setiap harinya amalan -amalan kita selama bulan Ramadhan setiap hari meningkat maka di malam 27 atau 29 atau malam sepuluh terakhir, kita akan sampai pada "malam kemuliaan". Malam kemuliaan ini tentu akan berbeda dengan malam kemuliaan yang disebutkan di dalam Al Qur'an, khusunya di QS. Al Qodr. Malam kemulian di sepuluh akhir bulanRamadhan tentu malam di mana sebuah malam yang merupakan titik balik kita ketika "berubah" dari yang tidak baik menjadi "lebih baik".

Allah SWT banyak memberikan "ayat-ayat" yang bisa kita ambil perumpamaan. Banyak ciptaan Allah SWT yang juga sama-sama "berpuasa" tetapi tidak semua makluk tersebut sama hasilnya setelah berpuasa. Kita coba liat dua Mahkluk hidup yang hanya berbeda satu huruf saja, yaitu Ular dan Ulat. Kita semua tahu bagaimana makhuk yang namanya ulat, ulat adalah makluk yang merusak hampir semua daun yang disukainya. Secara umum, orangpun akan takut ataupun jijik ketika melihat ular, terlepas ada beberapa orang yang tidak takut ataupun jijik sama sekali, bahkan ada anak yang memegangnya untuk mainan. terlepas dari itu, ulat tetentu juga menimbulkan gatal-gatal. akan tetapi setelah ulat tersebut melakukan 'ritual puasa' maka setelah berpuasa ulat tersebut menjadi 'berbeda', bahkan memberikan manfaat lebih ketika sebelum berpuasa. Setelah berpuasa menjadi kepompong, maka ulat akan menjelma menjadi kupu-kupu, kupu-kupu yang berdeda sekali bentuknya dengan ulat, prilakupun juga berbeda, kalau dulu (ulat) merusak dedaunan, setelah menjadi kupu-kupu, membantu penyerbukan buah-buahan, orangpun berbeda perlakuannya ketika dulu menjadi ulat, kalau dulu takut, maka sekarang senang.
Berbeda dengan puasanya mahkluk yang namanya Ular, ular sebelum berpuasa berprilaku kasar, ganas dan selalu menyerang, sebelum berpuasa biasanya juga makan banyak. Setelah selesai puasa, hanya ada perubahan di fisiknya saja, kulit yang semakin menarik, tetapi prilakunya tidak ada perubahan, bahkan semakin ganas setelah berpuasa.

Semoga puasa kita menghasilkan perubahan dalam diri kita, sehingga Ramadhan kali ini, kita mendapatkan "malam kemuliaan", ada perubahan, minimal sesuai dengan ayat Allah SWT, yang menganjurkan berpuasa,... menjadi la'alakum tatakun...lebih bertakwa..... (kangnoer)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar